وَاَذِّنۡ فِى النَّاسِ بِالۡحَجِّ يَاۡتُوۡكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّاۡتِيۡنَ مِنۡ كُلِّ فَجٍّ عَمِيۡقٍ ۙ ٢٧
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh,”
لِّيَشۡهَدُوۡا مَنَافِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُوا اسۡمَ اللّٰهِ فِىۡۤ اَ يَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمۡ مِّنۡۢ بَهِيۡمَةِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَكُلُوۡا مِنۡهَا وَاَطۡعِمُوا الۡبَآٮِٕسَ الۡفَقِيۡـرَ ٢٨
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan 1 atas rezeki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
Qur’an Surat Al Hajj ayat 27-28
Ka’bah Rumah Allah
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai Adam Alaihissalam apakah beliau orang yang pertama kali membangun Ka’bah, atau Ka’bah itu telah dibangun sebelumnya oleh malaikat. Namun, sebagaian orang percaya bahwa asal penciptaan bumi adalah dari tempat di mana berdirinya Ka’bah sekarang. Pada mulanya bumi itu diliputi air, kemudian muncul suatu titik buih di tempat itu. Setelah itu bagian-bagian bumi terhampar ke segala arah. Ketika banjir besar terjadi pada zaman Nabi Nuh ‘Alaihissalam maka Ka’bah terangkat. Baru kemudian Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘Alaihimussalam membangun Ka’bah di tempat yang ditunjukkan oleh Allah tepat pada tempat yang semula sebagaimana terdapat dalam ayat al Qur’an Juz pertama.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ketika Allah menurunkan Adam ‘Alaihissalam dari Surga ke dunia, Allah berfirman, “Wahai Adam, Aku telah menurunkan bersamamu sebuah rumah atau sebuah tempat yang dilakukan thawaf di sekelilingnya sebagaimana thawaf dilakukan di sekeliling arasy-Ku, dan dilakukan shalat (dengan menghadap) kearahnya sebagaimana dilakukan sholat di sekitar arasyKu.”
Ketika banjir besar melanda (pada masa Nabi Nuh alaihissalam), rumah itu diangkat. Para Nabi pernah melakukan thawaf di sekitar tempat itu, padahal mereka tidak mengetahui tempat tersebut. Kemudian Allah mewahyukan tempat itu kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan memerintahkan kepadanya untuk membangunnnya kembali, maka nabi Ibrahim pun membangun rumah itu dengan batu dan tanah dari lima gunung, yaitu : Hira, Tsabir, Lubnan, Jabal Thur, dan Jabal Khair. (HR. Thabrani – at Tarbhib al Mundziri).
Dalam hadits lain disebutkan, ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam telah menyelesaikan pembangunan Ka’bah dia berkata ya Allah aku telah menyelesaikan pembangunan rumahmu yang suci. Allah pun menjawab, “wahai Ibrahim, seru lah seluruh manusia niscaya mereka akan datang untuk mengerjakan haji. Ibrahim alaihissalam berkata, ya Allah, bagaimana suaraku akan sampai kepada mereka?” Allah menjawab, engkau hanya menyerukan perintahku, sedangkan aku lah yang akan menyampaikan nya kepada mereka. Setelah itu nabi Ibrahim Ali salam pun menyeru kepada seluruh manusia di dunia. Dan makhluk makhluk yang berada di langit mendengar seruan itu. Mungkin hal ini terasa agak mustahil, tetapi kita sekarang hidup di zaman radio dan televisi sehingga kita dapat mendengar dan menyaksikan suatu peristiwa di suatu tempat dari tempat lain pada saat yang bersamaan. Apakah dikatakan mustahil jika pencipta para pembuat radio dan televisi dapat menyebabkan suara seorang nabi didengar di berbagai tempat?
Dalam hadis lain dinyatakan bahwa setiap orang yang mendengar seruan itu dan menjawab dengan labbaik yang artinya di sini aku yaitu lafas yang sama dengan yang diucapkan oleh Jamaah haji ketika Ihrom. Barangsiapa diberikan karunia nikmat dan kebaikan oleh Allah untuk menunaikan haji, maka ketika itu ia akan menjawab seruan itu dengan ucapan Labbaik. Dalam hadis itu juga dinyatakan bahwa setiap orang yang menyambut seruan itu dengan ucapan Allah baik apakah orang yang lahir pada masa itu atau yang masih berada di alam arwah yang akan lahir pada suatu masa nanti, pasti akan diberikan kesempatan untuk menunaikan haji.
Dalam hadis yang lain dinyatakan Barangsiapa mengucapkan labbaik satu kali maka iya akan menunaikan haji satu kali Barangsiapa mengucapkannya dua kali maka iya akan menunaikan haji dua kali dan berapa kali sajalah paslah baik itu diucapkan maka mereka akan menunaikan haji sebanyak itu. Sungguh beruntung Ruh Ruh mereka yang menyebutkan labbaik beberapa kali.
Sumber : Fadilah Haji Karangan Maulana Muhammad Zakariya Al Kandhlawi